“Kenapa kau tidak bertindak serius saja? Sikap bodoh
membuatmu sulit dipercaya.” Oscar agak menyantai. Membiarkan pundaknya tenang
dan berhenti melotot.
“Aku tidak paham kau membicarakan apa~aku cuma gadis
biasa, ceria, bahagia, dan cantik~” mengedipkan mata pada Oscar lagi,
memperagakan pose klise serupa seperti kali terakhir. Oscar sebal.
Sungguh mengherankan siapa pun dapat menggabungkan
kecerobohan dan kesungguhan sepertinya. Seolah-olah Oscar menarik perhatian
seorang wanita yang teramat aneh. Berurusan dengannya saja membuat laki-laki
itu sakit kepala.
“Oke, jadi kau ingin ngomongin apa? Aku tebak yah,
ingin aku buatkan artifact.”
“Tidak, salah banget~terserah kau jika ingin membuat
sesuatu untukku. Tunggu, jangan bilang kau sering disuruh-suruh wanita? Maaf,
aku bukan perempuan semacam itu ….”
“Thunder Snake.”
“Ababababababaabab!?”
Miledi terkejut ketika Oscar memukulnya dengan serangan anti-penyusup
panti asuhan. Oscar memanggil aliran listrik semacam ular dari bawah tanah dan
melilit Miledi.
Ketika listrinya memudar, Miledi roboh ke tanah.
Oscar menyesuaikan kacamatanya, kemudian menatapnya
lekat-lekat.
“Aku bukan orang mesum!” teriaknya.
“P=pertama-tama, kau menyerangku, sekarang berteriak
…. Aku pun tidak menyangka kau begitu ….”
Gemetaran, Miledi bangkit. Gumpalan asap mengepul dari
pakaiannya.
“Bisakah kau mengatakan dua kalimat serius?”
“Aku ahlinya tidak serius, tidak bisa berhenti saja.
Tidak bisa apa terima diriku apa adanya, O-kun?”
Oscar menatap diam cewek itu. Setelah beberapa detik
emrajuk, dia menegakkan tubuh dan sikapnya serius. Jantung Oscar lagi-lagi
berhenti berdetak, dalam hati mengutuk dirinya sendiri.
“Aku hanya punya satu tujuan. Oscar-kun, aku ingin
kau.”
“Kau … ingin aku? Maksudmu?”
Tidak mungkin dia
memikirkan apa yang aku pikirkan, benar?
Miledi kembali memandang bulan.
“Pernahkah kau berpikir … ada sesuatu yang salah pada
dunia ini?”
“Ah ….” Oscar terdiam. Tidak bisa meramu balasan.
“Yah, O-kun? Kau seorang Synergist yang tingkatannya
berbeda dari Synergist lainnya. Jika kekuatanmu ditunjukkan ke khalayak dunia,
barangkali kau akan menjadi orang paling terkenal. Malahan, kau bisa saja
diingat oleh sejarah sebagai seorang pahlawan. Namun masih menyembunyikannya.
Apa sih yang kau takutkan?”
Bukannya udah
jelas? Seandainya aku memamerkan kekuatanku, semua orang-orang bertahta di
dunia ini akan memperebutkanku.
Tentu saja, dia akan tenar dan mulia. Bahkan pun
namanya akan terkenang sepanjang masa. Tetapi dia tidak lagi bebas. Dan paling
pentingnya—
“Apakah kau takut pada Teokrasi Elbard dan gereja yang
mendukung mereka?”
“Seharusnya aku tahu kau sudah tahu. Lagian kau tahu
kemampuanku.” Oscar tersenyum kecut.
Ya, Oscar takut tidak bisa bebas lagi. Hal
terpentingnya, dia takut pada gereja.
Gereja Suci Ehit …. Mereka mengikuti doktrin yang
menyatakan manusia adalah spesies tertinggi, berkhotbah bahwasanya manusialah
yang mesti berkuasa. Hampir semua manusia di benua jadi pengikut mereka.
Mereka-mereka yang diketahui memiliki kekuatan sihir
dari zaman para dewa, atau sihir spesial yang khusus digunakan para monster,
dianggap sebagai keturunan dewa dan berada di bawah perlindungan gereja.
Secara paksa jika perlu. Oscar akan mengalamai nasib
serupa bilamana mengungkap bakatnya.
Gereja Suci yang kekuatannya setara dengan satu
kerajaan penuh. Faktanya, pemimpin Teokrasi Elbard adalah Paus Gereja Suci.
Sendirian, Oscar takkan pernah mampu melepaskan diri dari genggaman mereka.
Meskipun dia bisa, entah bagiamana takdir keluarganya.
Miledi tersenyum akrab pada Oscar.
“Melarikan diri dari Gereja Suci tidak akan mudah. Ke
mana pun kau pergi, mereka ada di sekitar kita. Di setiap kerajaan, setiap
desa, jejak-jejak mereka kasat mata.” ucap Miledi.
“Tentu saja kau takut. Maksudku, pikirkan saja. Mereka
semata-mata mengendalikan satu negeri. Tapi lihatlah, kemana pun kau pergi, ada
kuil di mana-mana. Semua negeri mereka jelajahi, bahkan ikut campur adlam
kebijakan nasional.”
“H-hei, jangan keras-keras ngomongnya—” Oscar dengan
gugup meneliti keadaan sekelilingnya.
Menghina Gereja Suci sama saja bunuh diri. Semisal
seseorang mendengar perkataan Miledi, dia akan langsung dieksekusi.
Namun Miledi tidak berhenti.
“Bahkan ketika terjadi peperangan antar negeri, andai
kata Gereja Suci mengatakan sesuatu, mereka seketika berhenti. Tatkala
masa-masa damai, sepatah kata dari mereka saja bisa menjadi peperangan. Kita
terlampau khawatir untuk dicap sebagai kafir jika ingin melakukan hal benar,
atau bahkan hal-hal legal. Kita diajarkan bahwa kehendak Ehit adalah teragung
dan hal-hal seperti cinta serta keadilan bisa dikesampingkan. Malahan tidak
berarti sama sekali.”
“M-Miledi … kun ….”
Miledi balik menatap Oscar, mata biru jernihnya
melotot langsung. Ada kejernihan di dalamnya, menampakkan tekad tak
tergoyahkan. Oscar tanpa sadar menelan ludah.
Memelototinya beberapa detik, lalu tersenyum.
“O-kun. Kau pastinya menyadari betapa menyimpangnya
dunia ini. Lebih dari raja-raja dunia, kau takut pada Gereja Suci saleh itu.
Karenanya kau bersembunyi. Agar mereka tidak melukai keluargamu untuk
mendapatkanmu.”
Biasanya ketika seseorang menghina Gereja Suci mereka
langsung dikecam sebagai orang kafir. Alasannya adalah bila tidak kau anggap
kafir, kau juga akan dianggap kafir. Kecuali kau sangat mengenal si penghujat,
kau juga bisa mengubah mereka.
Namun Oscar tidak memanggil Miledi kafir. Cowok itu
masih gemetaran, tapi masih tidak menghentikan Miledi. Sebab dia mengatakan
hal-hal yang senantiasa dipikirkan Oscar, tetapi tidak kuasa untuk
mengutarakannya.
Miledi sangat senang karena akhirnya bertemu seseorang
yang tidak mabuk agama Ehit. Terdorong oleh kesunyian Oscar, dia melanjutkan.
“Aku anggota organisasi tertentu.” kata Miledi.
“Organisasi?”
“Ya. Dunia di mana orang-orang hidup dalam ikatan
hukum, juga moral mereka sendiri. Dunia yang tertib lagi adil. Dunia di mana
setiap orang bebas berbicara untuk menentang ketidakadilan. Tempat orang
berkumpul untuk membahas hal-hal benar. Perbedaan opini dan ide dihargai
alih-alih ditekan. Dunia orang-orang bisa bebas. Itulah tujuan organisasi
kami.”
“Kau punya rencana membuat agama baru, ya?” Oscar baru
saja berhasil mengalihkan pandangannya dari keragu-raguan. Mengucapkan selamat
kepada dirinya sendiri karena bisa tenang dan membalas canda perkataan Miledi.
Namun, kata-kata cewek itu membuatnya terperangah.
Idealisme organisasi Miledi pada dasarnya adalah pemberontak. Sekumpulan
orang-orang kafir yang berniat menghancurkan aturan Gereja Suci.
“Kau kira kami ini sekelompok teroris atau semacamnya
…. Ahaha, yah, kurasa kau tidak salah-salah amat.”
“Pergi sana.” Respon Oscar terhadap komentar ringan
Miledi.
“Maaf, tapi jawabanku adalah tidak. Aku berjanji tidak
akan memberitahu satu jiwa pun, tolong jangan dekati aku atau keluargaku lagi.”
Ujar lirih Oscar, tapi ekspresinya mati serius.
Miledi tetap menatap Oscar selama beberapa detik dan
menjawab lirih juga.
“Begitu ….” dia balik badan dan berjalan menjauh.
Sosoknya yang kian samar kelihatan kecil bagi Oscar.
Sulit membayangkan seorang gadis kecil sepertinya
bertarung melawan dunia. Apa motifnya
sampai-sampai berani mempertaruhkan nyawanya begitu? Mungkin dia hanya gila
… lebih mudah bagi Oscar jikalau itu masalahnya.
Dirinya teryakini ucapan Miledi tidak cukup
menyentuhnya. “Oh ya, bisa beritahu semua orang makanannya enak?” “Oke.”
Miledi melirik ke belakang dan tersenyum pada Oscar.
Lalu, tanpa berkata apa-apa lagi, dia menghilang ditelan kegelapan malam.
Seakan-akan keberadaannya cuma roh.
Oscar menguatkan giginya, menahan diri utnuk tidak
mengatkaan sesuatu.
Merkea takkan pernah bertemu lagi. Demi kebaikan kami berdua, ujar si
laki-laki dalam hati.
Keesokan harinya ….
Miledi muncul di tempat kerja Oscar.
“Halo, para penduduk budiman Bengkel Orcus! Akulah
idola paling terkenal di seluruh dunia, Miledi! Di mana O-kun manis kecilku?”
Sejumlah penempa berwajah gagah kebingungan pada gadis
yang baru saja muncul di pintu belakang. Tampaknya dia tidak mengindahkan sopan
santun karena ujuk-ujuk berjalan melewati para penempa seraya bilang,
“Permisi.”
“Waw, salah satu dari tiga bengkel terbesar Velka
memang hebat. Negeri ini sungguh terkenal akan teknologinya. Banyak penempa di
mana-mana~” seru Miledi sambil melihat-lihat bengkel.
Di bagian belakang tempat itu, Oscar mendungu. Dia
menduga takkan pernah melihat Miledi lagi. Tidak ingin sosoknya kelihatan, dia
buru-buru bersembunyi.
Berutungnya banyak pesanan hari ini sehingga dia bisa
bersembunyi di balik tumpukan pekerjaannya yang telah selesai.
D-d-dia ngapain di
sini!? Menyesuaikan kacamatanya
berulang-uang.
Para penempa saling bertatap mata, bertanya-tanya
siapakah gadis ini.
Walaupun si gadis menyeringai kek orang goblok,
pakaian mahal menandainya sebagia seorang bangsawan, sekurang-kurangnya orang
kaya. Biasanya, siapa pun yang merengsek masuk ke bengkel akan disuri, tetapi
Miledi begitu terang-terangan, membuat para penempa bimbang.
Apa lagi karena andaikan dia putri bangsawan, mereka
tidak boleh bersikap kasar padanya.
Tepat saat seseorang menghampiri kepala penempa,
seorang pria muda melangkah maju. Meskipun dia sendiri seorang bangsawan,
mengayunkan tangannya seperti pedagang. Ping tidak pernah menyia-nyiakan
kesempatan untuk menjalin suatu koneksi penting. Dia tersenyum sesanjung
mungkin.
“Nona, apa yang Anda perlukan? Mungkin saya bisa
membantu. Ah, maaf tidak memperkenalkan diri lebih awal. Saya adlaah Ping
Waress, putra Viscount Waress.”
“… Hai! Aku Miledi.” Miledi mengamati Ping dengan
cermat selama beberapa saat, tapi tersenyum lagi dan balik memperkenalkan diri.
Para penonton sudah tahu senyum tersebut palsu, namun
….
End Of The Part