Novel Tanaka Ke, Tensei Suru Bab 03 Bahasa Indonesia

Novel Tanaka Ke, Tensei Suru Bab 03 Bahasa Indonesia

4/21/2022

 

Aman



Penerjemah: Rena


“Apa itu bahasa Jepang? Nona”

Martha bertanya sembari terlihat kebingungan.

“Itu bahasa asing. Mungkin dari timur yang jauh?

Aku menjawab dengan asal, namun dari peta di dunia ini, wilayah timur merupakan daerah yang belum terjamah.

Bahkan peta yang paling mahal tidak memetakan seluruh dunia ini.

“Lupakan soal itu, apakah ayah dan yang lainnya baik-baik saja?”

Martha tadi bilang kalau mereka baik-baik saja, tapi aku ingin mengkonfirmasinya lagi.

“Selain nona muda, semuanya sudah sadar setelah satu jam dan mulai menjalani keseharian seperti biasa keesokan harinya. Sepertinya semuanya hanya makan sedikit… Hanya nona muda yang makan banyak…”


Dia secara tak langsung bilang kalau aku ini rakus. Tapi itu jamur matsutako, loh? Bahkan di kehidupanku sebelumnya, aku tidak bisa makan banyak. Meskipun aku tidak mengingatnya, aku akan memakan matsutake dengan instingku!

“Namun semuanya terlihat sedikit aneh…Mereka semua terlihat kebingungan. Meskipun mereka sudah terbiasa dengan kenyentrikkan nona muda.”

Hei Martha! Apa maksudmu nyentrik!

Martha selalu berkata dingin… Bisakah kamu bersikap lebih lembut karena aku baru pulih?

“Aku selalu mengatakan ini, Nona akan beranjak umur 12 di tahun ini. Meskipun mulai tahun depan kamu akan tinggal di ibu kota, Martha masih merasa khawatir! Tolong berhenti tertarik dengan serangga atau jamur atau serangga atau serangga-“

Astaga! Dia mulai ngasih ceramah lagi.

Ini pasti akan panjang… mana Martha sangat membenci serangga.

Mengambil kesempatan dari adik ayah yang lulus dari Universitas Kerajaan, keluarga kami berencana untuk menyerahkan managemen wilayah dan tinggal di ibukota. Wilayah kami berada di perbatasan yang menghabiskan waktu 15 hari naik kereta kuda untuk sampai ke ibukota.

Industri utama kami adalah barang berbahan sutra, mulai dari serikultur hingga hasil tenunan, kami memproduksi sutra kualitas unggul. Akhir-akhir ini ada perubahan dalam tren berbusana di ibukota, dan sutra dari Kediaman Count Stuart disebut0-sebut sebagai produk kualitas tertinggi di kalangan industri busana.

Dengan begitu, aku yang lahir dan dibesarkan di wilayah ini, berteman baik dengan ulat sutra. Tidak buruk, diriku. Dalih yang biasa kugunakan terbayang di pikiranku.

“Selain ulat sutra, Nona juga mengkoleksi ulat, lipan, laba-laba, dan laba-laba kan?”

AKu belum bilang apa-apa loh… Dan kenapa kamu mengatakan laba-laba dua kali?! Apakah Martha punya dendam pada laba-laba? … Aku tidak tahu.

Di halaman belakang kediaman kami, terdapat sebuah gubuk serangga yang biasa disebut dengan “Gubuk Emma”. Meski bangunan itu terlalu besar dan mencolok untuk disebut gubuk.

Selain untuk mengakomodasi hobi Emma dalam meneliti ulat sutra, gubuk ini dibangun untuk mengumpulkan dan mengembangbiakkan berbagai serangga yang menghasilkan benang dan berbagai macam serangga yang dia temukan.

Bagi Emma, itu adalah hobi yang ia nikmati di ruangan pribadinya, namun para pekerja (terutamma Martha) mulai mengeluh dan skala penelitiannya menjadi semakin besar sehingga ayahnya Emma, yang terlalu lembut pada Emma, membangun gubuk itu setahun lalu.

“Huh, aku belum merawat (serangga) berhargaku selama 10 hari.”

Aku mulai menjadi gelisah dengan fakta mengejutkan ini… Makanan yang ada akan cukup kalau hanya selama 2-3 hari, namun kalau sudah 10 hari, mungkin mereka sudah mulai saling memangsa satu sama lain. Ulat sutra berada di ruang penelitian yang terpisah, tapi aku menaruh serangga lain di ruangan yang sama.

AKu penasaran apakah laba-laba yang berwarna violet itu baik-baik saja…? Itu adalah laba-laba yang ditemukan di hutan 2 minggu lalu dan menjadi kesayangan Emma. AKu ingat pernah berjalan-jalan untuk menunjukkannya kepada semuanya.

“nona muda…”

Tatapan Martha menjadi semakin dingin. AKu takkan pernah lupa pada teriakan Martha ketika aku menunjukkan laba-laba ku kepadanya.

Ada suara ketukan yang menyela ceramah Martha, kemudian Martha pergi untuk membukakan Pintu. Waktunya pas banget…

“Kakak, kudengar kamu sudah bangun jadi aku datang menemuimu.”

Seseorang yang tak disangka akan muncul di balik pintu adalah, seorang cowok ganteng yang bercahaya. Tidak, dia itu adikku, William. Dia memiliki rambut berwarna pirang dan mata ungu… yang mana itu diwarisi oleh Ayah. Ada sangkar serangga yang besar di tangannya.

“Maaf, aku benar-benar lupa soal serangga… Selama kakak masih tidak sadarkan diri, ulat sutranya masih aman karena mreka berada di ruangan yang berbeda, tapi di ruangan yang berisi serangga lain hanya tersisa laba-laba saja…”

Sudah terlambat, harta berhargaku sudah dimakan oleh hartaku yang lain… Belalang, belalang sembah,, jangkrik, lipan, kaki seribu, pillbug, dan lain-lain, pasti telah terjadi pertarungan hebat diantara mereka… Setidaknya, aku ingin menyaksikan kejadian menakjubkan itu.

“Uuh… Sungguh disayangkan tapi mau gimana lagi…”

Di dalam sangkar serangga itu, laba-laba violet bergerak dengan suara gemerisik. Ini adalah serangga favoritku.

Jadi, pemenang dari pertarungan hebat itu adalah anak ini, ya.

Hanya perasaanku saja…? Rasanya sedikit? … agak…? Kurasa ukurannya jadi semakin besar.

Delapan mata bulat? Sedang mengarah kemari.

Iya, kamu tidak buruk juga. Maaf aku tidak memberimu makan.

Aku ingin memastikan kondisi laba-laba itu ddengan mengambil sangkar serangga itu. Karena laba-laba itu selalu diperlakukan dengan penuh kasih saying, ia mendekati Emma ketika melihat wajah Emma.

“Hiiiiiii”

Melihat ke arah laba-laba yang keluar dari sangkar, Martha langsung melarikan diri… Sepertinya dia tidak akan kembali dalam waktu dekat. Seperti biasa, Martha tidak mengerti kehebatan laba-laba ini ya.

Meski begitu, wahai adikku… Menggunakan harta berharga kakakmu untuk mengusir orang, pintar sekali!

Yah… daripada mengusir orang… lebih tepatnya mengusir Martha…

William telah melihat ke arah sini dengan tatapan tajam sejak tadi…

Meskipun aku ingin mengatakannya, aku tidak bisa. Meskipun aku ingin mendengarnya, pun juga tidak mau. Aku ingin tahu, namun juga sebaliknya. Tanpa memiliki keteguhan, aku jadi ragu.

Apa yang sedang kupikirkan, mungkin saja… kamu juga memikirkan hal yang sama. William melihat ke arah mataku dan membuka mulutnya bagai sudah menetapkan sesuatu.

“…Mina-nee?”

Emma juga sudah menetapkan pikirannya dan membuka mulutnya.

“…Peita?”

Kedua suara saling tumpeng tindih.

““Jangan-jangan kita bereinkarnasi ke dunia lain!!!!!””



===========================================
Terimakasih telah membaca
Tanaka Ke, Tensei Suru Chapter 03 Bahasa Indonesia
Berikan saran dan pesan kalian di kolom komentar
===========================================

SebelumnyaDaftar Isi | Selanjutnya
Novel Tanaka Ke, Tensei Suru Bab 02 Bahasa Indonesia

Novel Tanaka Ke, Tensei Suru Bab 02 Bahasa Indonesia

4/21/2022

 

Mengingat Kehidupan Sebelumnya



Penerjemah: Rena

“……nona… no… muda! ……………Nona muda!”

Maid ku bernama Martha kelihatannya sedang kebingungan…… Dalam kesadaranku yang masih kabur, aku memaksakan diri untuk bangun agar tidak membuat Martha khawatir. Pada saat itulah, kepalaku terasa sakit bagaikan terhantam oleh bak mandi…… Hmm?

Ingatan apa ini? Kenapa bak mandi menghantamku?

………!

Aah, apa ini dorifu? Ini dorifu, kan?

Hm? Dorifu itu apa? Dorifu ya Dorifu? Ketika ingatan lama sedang ditata ulang.

TL Note: Dorifu atau Dorifuneta merupakan bahasa gaul Jepang yang berarti ‘mengenang atau mengingat sesuatu ketika menutup mata’. Maaf aku nggak bisa menemukan padanan bahasa indonesianya

Apa ini? Isi kepalaku seperti tercampur aduk.

Kenapa ini? Aku…… rasanya pikiranku sedang kacau?

Watashi? Watashi? Watashi? Huh, watashi?!

 

Apa? … maksudnya ini?

“Nona muda-? Kamu sudah bangun-? Nona muda?”

Martha membangunku sembari memeluk tubuhku yang terbaring.

 

Apa yang terjadi? Martha? Oh iya, Martha pasti tahu. Kalau aku selalu berada di dalam rumah.

Lantas, hal yang tak kumengerti?

“Nona muda? Emma-sama?”

Emma…? Emma?

Benar. Namaku……? Emma?

Aku mulai merasa pusing.

Ini semua salah bak mandi itu kepalaku jadi terasa sakit.

Huh? Bak mandi?

Jadi dorifu………… dorifu?

Apa? Kenapa ini? Kepalaku mulai terasa berputar semakin cepat.

AKu sudah… tidak dapat menjaga kesadaranku lagi.

Informasi dalam jumlah besar secara mendadak memasuki pikiranku secara terus-menerus. Orang-orang yang tidak pernah kutemui…Kendaraan yang tak masuk akal…terasa familiar. Diriku yang bukan merupakan diriku?

“Ma…af… Martha, ijinkan aku… tidur sekali… lagi…”

(Goyang)

Bagaikan mematikan komputir untuk memulai ulang, aku akan beristirahat untuk melegakan sakit kepalaku.

“Nona mudaa………!”

Dikala kamu sedang kebingungan, hal pertama yang dilakukan adalah tidur. Ketika aku terbangun nanti, aku akan merasa baikan… mungkin…

Setelah itu, aku kehilangan kesadaranku.

Aku pun tertidur selama sepuluh hari.

Tanaka Minato atau sekarang Emma Stuart, seorang putri Count, yang akhirnya sudah tenang, sedang mendengarkan penjelasan Martha mengenai kejadian sepuluh hari yang lalu.

“Tolong jangan lakukan itu lagi! Tak kusangka kamu bakal menaruh jamur dari kebun ke atas meja makan! Bisa gawat kalau satu keluarga sampai meninggal karena keracunan makanan! Untung saja semuanya selamat.”

“Ma, maaf…?”

Martha marah karena jamur yang kutemukan secara tak sengaja di kebun menjadi penyebabnya.

Ngomong-ngomong, kenapa kamu bisa bilang kalau aku yang membakarnya di atas arang dan menyelundupkannya ke dalam hidangan makan malam kami? Harusnya tidak ada barang bukti. Kebiasaan?

Namun… soal itu… kurasa Martha tidak mengetahui soal itu. Itu adalah jamur matsutake tahu? MATSUTAKE!!!

Aku tidak bisa mengingat rasa menakjubkan dari matsutake yang tumbuh alami dari kehidupanku sebelumnya. Setidaknya aku tidak bisa bilang sekarang. Lebih dari itu, aku tidak berniat untuk menjelaskan.

…?

Eh? Barusan Martha bilang kalau sekeluarga terkena keracunan makanan?

“Bukan aku saja yang jatuh pingsan?!”

Aku tidak bisa mengerti sepenuhnya tapi, aku penasaran apakah itu juga berdampak pada keluargaku?

“Tuan, Nyonya, George-sama, bahkan William-sama yang memakan jamur itu mulai mengatakan kata-kata yang aneh secara bersamaan, kemudian jatuh pingsan.”

Apa maksudnya?

Karena jamur matsutake tidak biasa dimakan oleh masyarakat di dunia ini, itu mengejutkan semuanya?

Padahal matsutake kan, rasanya enak, pakai banget.

Aku sampai ngiler hanya dengan mengingatnya saja.

Aroma yang lembut sesaat setelah itu masuk ke mulut! Teksturnya yang garing!

Matsutake yang berdosa membuatku mengingat rasa dan aroma Jepang…

Benar. Sesaat setelah aku memakannya, hal pertama yang kuingat adalah kejadian sebelum aku meninggal.

Saat-saat terakhir bagi Tanaka Minato di kehidupan sebelumnya.

Setelah suara, guncangan keras pun datang, aku sampai tidak bisa berdiri dengan benar untuk kabur. Rasa sakit yang hebat tiba sesaat setelah melihat dinding yang hancur, atau atap di atas yang bergemuruh hebat kemudian runtuh…

“Nona muda…?”

Martha melihat ke arahku seperti sedang khawatir ketika dia menyadari kerutan di alisku.

Mau gimana lagi. Karena aku baru saja pulih.

AKu tidak mendengar pertanyaan Martha karena aku masih terjebak dalam ingatanku sendiri.

Sungguh kematian yang menyakitkan!

“Aah… setidaknya aku ingin menegak secangkir beer!”

Ketika aku secara tak sadar mengatakan sesuatu dalam bahasa Jepang, Martha membuat ekspresi terkejut.

“Itu dia. Semuanya meneriakkan hal yang sama! Mantra macam apa itu?”

Ketika aku mendengar itu, kesadaranku yang masih kabur di kehidupanku sebelumnya langsung kembali.

“Martha, itu bukan mantra, itu bahasa Jepang… Apa? Eh! Semuanya?!”


===========================================
Terimakasih telah membaca
Tanaka Ke, Tensei Suru Chapter 02 Bahasa Indonesia
Berikan saran dan pesan kalian di kolom komentar
===========================================

Novel Tanaka Ke, Tensei Suru Bab 01 Bahasa Indonesia

Novel Tanaka Ke, Tensei Suru Bab 01 Bahasa Indonesia

4/21/2022

Kumpul Bersama Keluarga Bahagia



Penerjemah: Rena


Keluarga Tanaka merupakan pecinta kucing.

Ayah yang terampil, Kazushi (65 tahun0

Ibu yang pandai masak, Yoriko (65 tahun)

Putra tertua yang bego sejak lahir, Wataru (38 tahun)

Putri tertua yang pelit, Minato (35 tahun)

Putra kedua yang malang, Heita (33 tahun)

Mulai tahun ini, kedua orang tuanya hidup dengan uang pensiunan di salah satu daerah pedesaan terkemuka di Jepang.

Ketiga bersaudara ini masih lajang, masing-masing hidup mandiri.

Mereka bertiga sudah cukup umur untuk menikah, namun tak satupun yang bisa menikah

Putra tertua bekerja di lokasi pembangunan sebagai kontraktor, putri tertua sebagai orang kantoran, putra kedua bekerja sambilan di minimarket untuk mata pencaharian.

Beberapa kali dalam setahun ketika kedua orang tuanya pergi dari pedesaan, keluarga ini akan berkumpul untuk menikmati masakan ibu.

Tempat kumpul keluarga ini adalah kondominium yang cukup besar milik putri tertua, Minato.

Menu hari ini adalah hot pot.

Makan malam akan segera dimulai tanpa ada satupun yang terlambat.

Kalau seperti biasanya, apa yang dilakukan para pria pekerja? Kou yang bekerja lembur dan Heita yang suka lupa waktu biasanya akan datang terlambat. Namun hari ini, jarang-jarang kami sudah kumpul tepat waktu dan mulai memakan makanan.

Aku membuka kaleng beer dan memulai ‘kanpai’ untuk menghentikan Kou yang terus mengunyah makanan, dan pada saat itulah…

Bumi mulai bergunjang bagaikan sedang didorong kesana kemari.

“Ueehh? Gempa bumi?”

“Kali ini lumayan besar, ya!”

“Matikan apinya dulu!”

“Buruan! Lari─”

“Awas─!”

Itu adalah gempa dahsyat Laut Selatan yang sudah dikhawatirkan sejak lama.

Ruangan milik putri tertua berada di lantai pertama kondominium telah hancur pada hari itu dikarenakan gempa bumi dan seluruh keluarga telah meninggal.

………………Atau begitulah seharusnya.


===========================================
Terimakasih telah membaca
Tanaka Ke, Tensei Suru Chapter 01 Bahasa Indonesia
Berikan saran dan pesan kalian di kolom komentar
===========================================

Sebelumnya | Daftar Isi | Selanjutnya
[Novel] Tanaka ke, Tensei Suru Bahasa Indonesia

[Novel] Tanaka ke, Tensei Suru Bahasa Indonesia

4/21/2022

Tanaka ke, Tensei Suru Bahasa Indonesia




Sinopsis

Tanpa naik dan turun, pernikahan, maupun pelanggaran hukum, Keluarga Tanaka hidup sederhana dan taat pada aturan masyarakat.

Keluarga Tanaka yang biasa saja, yang mencintai sekaligus dicintai oleh kucing.

Keluarga Tanaka yang malang, entah kenapa memiliki akhir yang bahagia.

Keluarga Tanaka itu juga diserang oleh gempa bumi besar yang datang secara tiba-tiba. Ketika mereka pikir bahwa mereka akan mati dalam sekejap, seluruh keluarga bereinkarnasi ke dunia lain.

Apakah ini Otome Game?

Atau sesuatu yang lain?

Apakah aku putri yang jahat?

Ataukah target penaklukan?

Aku tidak mengenal siapapun. Aku tidak mengerti apapun.

Monster itu terlalu kuat.

NNamun, aku tidak dapat menggunakan sihir maupun skill

Secercah harapan terakhir adalah serangga?

Kalau kusebutkan hal yang bisa kuperbuat: menyulam dan merawat serangga.

Sebuah kisah tentang Keluarga Tanaka yang hidup damai dan sederhana lagi di dunia lain.

(Sumber: Novel Updates)


Judul Alternatif

The Tanaka Family Reincarnates

Reinkarnasi Keluarga Tanaka

田中家、転生する


Tipe               : Web Novel

Genre            : Comedy, Drama, Fantasy, Romance, Shoujo, Slice of Life, Tragedy

Penulis          : Choco

Ilustrator      : Kaworu 


Penerjemah        : Rena

Sumber English Fan's Translations 


Jilid 1

Chapter 1

Chapter 2

Chapter 3

Chapter 4

Chapter 5

Chapter 6

Chapter 7

Chapter 8

Chapter 9

Chapter 10

Chapter 11

Chapter 12

Chapter 13

Chapter 14

Chapter 15

Chapter 16

Chapter 17

Chapter 18

Chapter 19

Chapter 20 

Novel Failure Alchemist Chapter 05 Bahasa Indonesia

Novel Failure Alchemist Chapter 05 Bahasa Indonesia

4/19/2022

 

Mari Kita Membuat Potion (1)

Penerjemah: Rena



Hari ini aku masih membaca buku [Pengantar Alkimia: Bagian 1] di kamarku.

Bahkan sekarang aku membaca buku dengan benar sambil duduk di meja baca. Lagipula, hal yang akan kulakukan hari ini adalah membuat ramuan potion! Secara otomatis posisi punggungku jadi tegak.

 

“Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah herba penyembuh, rumput mana, dan air…”

 

Aku bertanya-tanya bagaimana aku bisa mendapatkan bahan-bahan itu…

 

Aku berjalan ke gubuk tukang kebun dan mengunjungi Dan si tukang kebun. “Selamat pagi, Dan.”

 

Dan terkejut dengan kunjunganku yang mendadak. “Oh, Daisy-ojousama. Apakah anda memiliki keperluan dengan saya?”

 

“Aku ingin beberapa herba penyembuh dan rumput mana, apakah kamu tahu bagaimana untuk mendapatkannya?” Aku bertanya kepada Dan yang sedang tampak kebingungan

 

“Cara termudah adalah dengan pergi ke kota dan membelinya di toko tumbuhan obat,” kata Dan.

 

……Yah, aku harus mendapatkan ijin dari Ibu dulu.

 

Aku pergi menuju ruang keluarga dimana Ibu biasa berada sekarang. Ibu sedang menyulam sesuatu bersama Ellie

 

Ara, Daisy. Ada perlu apa?” Dia menghentikan jarinya yang sedang menggerakkan jarum dan melihat ke arahku.

 

“Aku ingin membuat potion, tapi aku membutuhkan beberapa herba penyembuh dan rumput mana. Ketika aku bertanya pada Dan, dia bilang aku bisa membelinya di toko tumbuhan obat.”

Ketika ibu mendengar itu, dia sedikit memiringkan kepalanya seolah kebingungan. “Kamu kan masih berumur 5 tahun. Masih terlalu dini untuk pergi berbelanja ke kota…” Dia bilang begitu dengan ekspresi khawatir di wajahnya. Pada saat itu, Ellie menyela beberapa kata.

“Nyonya, apakah bisa anda mengirim seorang maid yang sedang senggang?”

 

Ibu menepukkan tangannya, “Kamu benar juga!”

Dengan begitu, aku bisa mendapatkan enam ikat herba penyembuh dan tiga ikat rumput mana.

 

 

“Hmm, ini tidak segar, bukan?” Gumam ku saat melihat herba penyembuh dan rumput mana yang kuterima selama berjalan ke arah laboratorium.

 

[Herba Penyembuh]

Kualitas: Normal

Detail: Sudah beberapa saat berlalu sejak dipetik. Kondisi sedikit layu.

 

[Rumput Mana]

Kualitas: Normal

Detail: Sudah beberapa saat berlalu sejak dipetik. Kondisi sedikit layu.

 

……Kurasa aku harus mencari tahu cara mendapatkan bahan berkualitas yang lebih baik.

 

Aku tiba di laboratorium. Pertama-tama, aku mencuci herba penyembuh dan rumput mana secukupnya. Menurut buku [Pengantar Alkimia: Bagian 1], kita mencampur herba penyembuh dan rumput mana ke dalam air dengan perbandingan 2:1, kemudian mengekstraknya.

 

Aku memotong herba penyembuh dan rumput mana dengan kasar hingga seukuran yang cukup kecil untuk masuk ke dalam gelas, merendamnya di dalam air, kemudian mendiamkannya selama semalaman. Tentu saja, aku menggunakan air sulingan.

 

Keesokan harinya, aku mencoba meng-Appraise hasilnya.

 

[Potion???]

Kualitas: Sangat Rendah

Detail: Kondisi encer. Bahan aktif hampir tidak keluar. Meskipun kamu meminumnya, tidak aka nada efeknya.

 

……Pertama-tama, apa maksud tanda tanya “???” itu? Tunggu sebentar, aku membuatnya sesuai petunjuk di buku!

 

Aku bertanya-tanya apakah aku harus mengaduknya terus menerus, pikir ku, kemudian aku mencoba mengaduknya menggunakan sendok.

 

[Potion???]

Kualitas: Sangat Rendah

Details: Masih dalam kondisi encer. Bahan aktif hampir tidak keluar. Meskipun kamu meminumnya, tidak aka nada efeknya.

 

……Apakah itu berarti mengikuti petunjuk dalam buku saja tidak cukup? Aku jadi merasa sangat kebingungan. Aku bertanya-tanya apakah alkimia membutuhkan metode coba-coba (trial and error).

 

Haruskah aku menumbuk daunnya? Merendam daun yang kering? Menghangatkan airnya? Dipikirkan saja, berbagai kemungkinan muncul di pikiranku……

 

Kalau diperhatikan lagi, aku hanya membaca satu jilid buku yang kuterima. Aku bertanya-tanya apakah ada solusinya kalau aku membaca ketiga jilid yang ada? Aku putuskan untuk saat ini kembali ke dasarnya dan mencoba menyelesaikan buku ini.

Aku menaruh sisa herba penyembuh dan rumput mana ke ruang penyimpanan di ruang bawah tanah yang sedikit lembab.



===========================================
Terimakasih telah membaca
Failure Alchemist Chapter 05 Bahasa Indonesia
Berikan saran dan pesan kalian di kolom komentar
===========================================


Sebelumnya Daftar Isi | Selanjutnya

Novel Failure Alchemist Chapter 04 Bahasa Indonesia

Novel Failure Alchemist Chapter 04 Bahasa Indonesia

4/18/2022

Air

Penerjemah: Rena


Aku berbaring di atas Kasur dan mulai membaca buku [Pengantar Alkimia: Bagian I].

 

…Huh? Pembahasannya diawali dari air?

Air mentah itu tergolong kualitas [air] yang kotor, meskipun terlihat jernih.

Air mentah mungkin mengandung makhluk atau zat yang tidak berwarna, seperti bakteri-bakteri kecil yang tak kasat mata. Sepertinya air sejenis itu tidak boleh digunakan dalam suatu pembuatan barang.

……Mari kita intip bagian berbagai tipe air.

Pertama-tama, air sumur. Air ini ditinggalkan di dapur kediaman ini.

 

[Air]

Kualitas: Normal

Detail: Mengandung bakteria dengan jumlah yang sangat kecil. Disarankan untuk merebus air ini sebelum digunakan.

 

……Wah, meski tidak kelihatan, air ini ada bakteri!

 

“Anu, Maria.” Aku mencoba memanggil salah satu tukang masak di dapur.

 

“Iya, Daisy-sama, ada perlu apa?” Jawab Maria sembari mengelap tangannya dengan celemek yang terikat di pinggangnya.

 

“Apakah kita meminum air ini begitu saja?”

 

Maria menggelengkan kepalanya sambil menjawab, “Agar kita semua bisa meminumnya, kita harus merebusnya terlebih dahulu dan menyajikannya sebagai the, atau kita akan meminum [Air Rebusan]—air yang sudah kita rebus kemudian didinginkan. Meskipun hendak digunakan untuk memasak, kami harus tetap merebus air sumur ini…”

 

“Anu, Maria. Apa kamu punya [Air Rebusan]?”

 

Maria membawakanku secangkir air yang ia tuangkan dari dalam dapur. “Ini dia.”

Aku menatap ke arah air yang ia berikan padaku.

 

[Air]

Kualitas: Normal

Details: Semua bakteri telah terbunuh. Aman untuk diminum.

 

Sepertinya kondisi dapur keluargaku masih aman.

“Terimakasih, Maria!”

Aku meneguk air kemudian menyerahkan cangkir tersebut kepada maria, dan meninggalkan dapur.

 

Setelah itu, aku mencoba menginvestigasi kolam di kebun bunga mawar.

 

[Air]

Kualitas: Rendah

Detail: Mengandung tanah, bakteri, dan serangga. Jangan diminum.

 

Aku mencoba melihat ke air hujan yang terkumpul di wastafel.

 

[Air]

Kualitas: Normal

Details: Mengandung polutan yang terkandung di atmosfer. Tidak disarankan untuk diminum langsung.

 

Hmm, meskipun sudah direbus, kualitas airnya hanya akan menjadi “Normal”……

 

Aku bergegas menuju kamarku dan membuka bukuku lagi.

Terdapat penjelasan lebih di dalam bagian [Air]. Pada dasarnya, ketika air digunakan dalam alkimia, sebuah alat bernama [Penyuling] digunakan untuk membuat [Air Sulingan].

Aku memeluk buku [Pengantar Alkimia: Bagian 1] dan pergi ke laboratorium pribadi ku. Menggunakan gambar yang ada dalam buku sebagai dasarnya, aku mencari alat yang sesuai.

 

Bagian bawah dari “Labu” pertama berbentuk bulat dan bagian kepala yang meruncing hingga tutup yang tersambung dengan selang, dan tutup– peralatan gelas lain – tersebut terhubung dengan labu penerima

Di bawah labu pertama terdapat peralatan sihir, yang disebut aparatus penghangat, dan selang yang terhubung dengan tutupnya juga terhubung dengan peralatan sihir yang serupa, disebut pendingin.

 

Berikutnya, aku pergi menuju dapur sembari membawa labu. AKu mengisi labu tersebut dengan air sumur, kemudian aku kembali ke laboratorium. Kebetulan karena aku masih berumur 5 tahun, aku dilarang melakukan percobaan tanpa pengawasan, dan orang tuaku memerintahkanku untuk membawa serta seorang maid untuk menemaniku.

 

Aku memasang labu pertama yang telah diisi air ke dalam alat penyulingan. Kemudian aku menyalakan peralatan sihir itu.

 

Secara bertahap, gelembung-gelembung mulai terbentuk di dalam labu, dan tak lama kemudian gelembung tersebut mulai membesar. Uap air mulai naik dan tetesan air telah terkumpul di tutup labu pertama, kemudian mengalir ke labu penerima.

 

Setelah beberapa saat, hampir keseluruhan air telah berpindah ke labu penerima dan aku mematikan peralatan sihir penghangatnya.

 

Kemudian, aku mencoba membandingkan air di dalam kedua labu tersebut.

 

Air di labu penerima terlihat seperti ini:

 

[Air]

Kualitas: Bagus

Details: Air yang telah disuling. Air murni.

 

Air yang tersisa di labu pertama terlihat seperti ini:

 

[Air]

Kualitas: Normal

Detail: Air dengan kotoran yang terkumpul. Limbah sisa.

 

Aku sudah berhasil membuat air sulingan yang menjadi dasar eksperimen!

 

Meski aku terlihat gembira, maid yang menemaniku terlihat tidak mengerti perbedaan kedua air tersebut dan kembali ke pekerjaan aslinya sambil merasa kebingungan.


===========================================
Terimakasih telah membaca
Failure Alchemist Chapter 04 Bahasa Indonesia
Berikan saran dan pesan kalian di kolom komentar
===========================================









Novel Failure Alchemist Chapter 03 Bahasa Indonesia

Novel Failure Alchemist Chapter 03 Bahasa Indonesia

5/02/2021

 Alchemist (2)

Penerjemah: Rena


Semenjak aku pulang dari Upacara Pembaptisan, aku mengurung diri di kamarku sepanjang waktu. Kurasa ini adalah dampak dari pemikiran kalau aku pasti kan mendapat pekerjaan Penyihir seperti kakak-kakakku.

Aku dikhianati oleh harapan itu dan menjadi sangat sedih.

Namun, di pagi hari setelah 2 hari mengurung diri, perutku keroncongan (tentu sajalah) dan aku diam-diam meninggalkan kamarku.

Ketika aku pergi ke ruang keluarga, aku melihat ibuku sedang minum teh di meja teras. Maid Ellie juga bersama Ibuku.

"Wah, Daisy! Akhirnya kamu memperlihatkan diri!"

"Wah, kamu pasti kelaparan. Tentu saja, kan. Ellie, buatkan bubur atau sup, atau mungkin risotto juga bagus. Bisakah kamu membuat sesuatu yang ringan untuk perut?"

Ketika ibuku memberi Ellie perintah, dia berkata, "Saya sudah bersiap dengan merebus gandum sehingga Nona bisa makan kapanpun beliau keluar," sembari tersenyumm dan menunduk, kemudian pergi ke dapur.

Aku menunggu sebentar di meja makan. Ellie pun tiba sambil membawa sup hangat yang baru saja dibuat dan bubur gandum dengan porsi yang sedikit lebih besar.

Aku mengambil sesendok dan memakannya. Bubur yang dipenuhi dengan rasa yang hangat -- sayur-sayuran dan daging yang telah dipotong hingga kecil-kecil dan gandum yang telah direbus hingga lembut. Perut dan pikiranku menjadi hangat.

Ketika aku selesai menghabiskan makananku di meja makan, ayahku datang kepadaku. "Daisy! Akhirnya kamu keluar dari kamar, ya? Ayahmu senang sekali!" katanya ketika dia memelukku.

"Daisy, Ayah memiliki hadiah untukmu!" Ayah tersenyum dan mengajakku ke ruang kerjanya sembari menggenggam tanganku.

***

Disamping meja kerja Ayahku, terdapat beberapa peralatan kaca transparan dan berkilauan serta 3 buku yang terlihat memukau.

"Ini adalah hadiah untuk Daisy, yang hendak menjadi Alchemist!"

Aku mendekati meja dengan goyah, penasaran akan peralatan misterius itu dan tertarik dengan buku-buku itu. Ketika aku membuka buku dari tumpukan dari atas, resep mengenai berbagai hal tertulis di dalamnya."

"Penyaringan (filtration), penyulingan (distilation), potion?" Buku yang terisi oleh banyak pengetahuan yang tak pernah kuketahui sampai sekarang. Aku merasakan hasrat ntuk membaca buku ini.

"Ini semua untukku?" Ketika aku menoleh, ayahku yang dari tadi mengawasiku dari belakang mengangguk.

"Namun bukankah Ayah dan Ibu merasa menyesal karena aku tidak menjadi Penyihir seperti kakak-kakakku?" Setelah berkata begitu, aku mengingatnya kembali dan kesedihanku kembali datang sembari penglihatanku menjadi buram.

"Daisy, 'Alchemist' adalah pekerjaan yang diberikan oleh Sang Dewa kepadamu karena beliau percaya itu sangat cocok kepadamu. Selama Daisy berjuang keras, Ayah, Ibu, dan semua orang akan mendukungmu."

Ayah mengeluarkan sapu tangan dari dalam saku dadanya dan mengusap mataku dengan lembut.

"Ayah, aku akan berusaha keras! Sehingga menjadi Alchemist yang hebat!"

Aku merasa lega dan memeluk Ayahku dengan erat. Aku takut akan dibilang sebagai anak yang tidak berguna. Meski aku menangis, Ayahku masih memelukku.

***

Alkimia dapat berkembang menggunakan api, jadi sebuah kabin terpisah dari mansion dibangun dan diberikan kepadaku sebagai laboratorium pribadi. Peralatan eksperimen yang terbuat dari kaca dan keramik dibawa kemari dengan bantuan para pekerja.

Sebagai permulaan, aku ingin membaca buku di kamarku, jadi ketiga jilid buku "Pengantar Alkimia" ditinggalkan di kamarku.


===========================================
Terimakasih telah membaca
Failure Alchemist Chapter 03 Bahasa Indonesia
Berikan saran dan pesan kalian di kolom komentar
===========================================


Sebelumnya Daftar Isi | Selanjutnya