Bab 18 - Kota Kedua
========================
Penerjemah, Editor: Rena
========================
Aku membuat lingkaran sihir untuk membuat gaun yang
dikenakan Risha dan Mira.
Aku tidak hanya membuat lingkaran sihir ... Aku butuh
material kalajengking yang diperlukan untuk membuatnya.
Sebuah panah keluar dari lingkaran dan menunjuk ke
arah luar kota.
"Risha, Mira. Ikuti aku. Untuk jaga-jaga, bawa
panacea yang banyak."
"Iya"
"Aku akan mengambilnya."
Kami menunggu Mira mengambilnya kemudian berangkat.
Kami bertiga menjelajah ke hutan belantara.
"Namun, hanya berjalan kaki saja terasa
melelahkan ..."
"Apakah Anda ingin ku gendong, Master?"
Saran Risha.
Setelah menyarankan itu, baik dia dan Mira tampak
bersemangat ....... apa mereka benar-benar ingin menggendongku?
"Lupakan, itu takkan terjadi."
"Benarkah?"
"Sayang sekali…"
Aku bisa mengerti betapa kecewanya mereka dari nada
suara mereka.
Namun, aku tidak menarik kata-kataku. Seperti yang
kukatakan ... aku menolak permintaan mereka sekuat tenaga.
Bagi mereka menggendong Master mereka ... itu yang
terburuk.
"Kalau menggunakan *tandu (palanquin), aku akan
memikirkannya kembali ..."
"Tandu?"
"Begini loh…"
Kami berhenti berjalan dan aku membuat ilustrasi
sederhana menggunakan kakiku.
Empat orang memikul palanquin sementara seseorang
duduk diatasnya.
Tidak perlu dikatakan lagi, akulah yang duduk disana.
Kalau seperti ini mungkin tidak apa-apa dilakukan di depan umum.
“Waaa.”
Terkesiap datang dari mulut Mira. Matanya berkilauan
dengan sinar yang tak pernah diperlihatkan.
Dia benar-benar menginginkan ini bukan?
"Aku akan membuatnya ketika aku bisa."
""BAIK!!""
Bukan hanya Mira, tetapi Risha juga berteriak dengan
keras.
Yah, kalau sampai begitu aku akan membuatnya...
"Tapi tetap saja, berjalan kaki saja benar-benar
melelahkan. Aku ingin tahu apakah aku dapat membuat kendaraan ..."
"Jika itu Master, maka Anda pasti akan dapat
melakukannya segera!"
Aku terus berjalan sambil mengobrol dengan kedua
budakku.
Kami pergi di pagi hari dan sebentar lagi akan menjadi
malam.
Di arah matahari terbenam aku melihat sebuah kota.
Panah menunjuk ke arah tembok kota.
Ini adalah pertama kalinya aku melihat sebuah kota
sejak aku datang ke dunia ini.
"Aku ingin tau apakah ada yang menghuni kota
itu?"
"Ayo kita lihat!"
Kami mengangguk dan bersama-sama kami menuju kota.
Namun, kami berhenti berjalan ketika,
"Tolong! Siapa saja, tolong! ~”
Kami mendengar suara meminta bantuan.
Aku berkontak mata dengan kedua budakku sebelum kami
berlari.
***
Kota Bisk.
Memiliki sekitar 1.000 penduduk dan merupakan kota
kelas tinggi ketika dewa jahat dikalahkan.
Kota itu dilindungi oleh Air Mancur Ilia dan entah
bagaimana berhasil bertahan hidup di dunia yang hancur dan penuh dengan
penderitaan ini.
Malahan, kota ini berhasil mendapatkan kedamaian.
Namun, semuanya hancur.
Air Mancur Ilia tiba-tiba berhenti berfungsi dan
memberi monster kesempatan untuk menyerang.
Yang menyerang hanya —— satu monster.
Awalnya mereka menganggap ini sepele sehingga mereka
mengangkat senjata dan menantangnya, tetapi satu demi satu pedagang yang
melawannya terluka dan jatuh.
Para wanita dan anak-anak berlarian mencoba melarikan
diri, tetapi akhirnya terpojok di gereja.
"Apakah semua orang baik-baik saja?"
Semua orang mengangguk pada pertanyaan yang diajukan
oleh wanita paruh baya ini, dari Iya.
(TL Note : Iya disini nama orang)
Ada lima orang di sini bersama Iya, dan mereka semua
adalah wanita.
"Ap-ap-apa-apaan monster itu? Aku belum pernah
melihatnya sebelumnya."
"A-apa monster itu membunuh semua orang?"
"Ayah .... ibu ..."
Semua orang tampak kacau.
"Hei, apakah ada yang melihat apa yang terjadi
pada orang-orang yang dikalahkan oleh monster itu?"
"Aku melihatnya"
Seorang gadis remaja mengangkat tangannya.
"Apa yang terjadi pada mereka?"
"Mereka menjadi monyet"
"Seperti yang kuduga."
Mereka mengangguk.
"Orang-orang yang terbunuh oleh monster menjadi
monster."
"Kalau begitu ... kita juga?"
"Mungkin saja begitu."
"Tidak mungkin ....."
Hawa keputusasaan memenuhi gereja.
Bukan hanya sekarat, bahkan setelah kematian mereka
dipaksa menjadi monster, di sinilah keputusasaan yang lebih dalam datang.
"Kota ini sudah berakhir ... kita harus
memikirkan jalan keluar dari sekarang—-"
Sebelum Iya berhasil menyelesaikan kalimatnya, itu
datang.
Pintu gereja hancur.
"Aaaahhhhh ..."
"Itu disini"
"Demon itu ....."
(TL Note: Aku mengubah monster jadi demon)
Mereka menyerah pada semua harapan saat keputusasaan
membanjiri pikiran mereka.
Apa yang muncul di hadapan para wanita adalah satu
demon kecil yang menyapu bersih seluruh kota Bisk ini.
Dalam cahaya matahari terbenam, kalajengking hijau
memantulkan cahaya.
Dialah penyebab semua ini.
"Aku akan menahannya. Kalian cepat kabur."
Iya mengangkat bangku gereja dan mengambil sikapnya.
"Tapi…"
"Pergilah."
Dengan kata-kata itu, Iya melompat ke kalajengking.
Iya mencoba melawan - tetapi dia adalah pedagang
wanita biasa dan tidak bisa berbuat banyak. Dia ditikam oleh kalajengking dan
meleleh.
Setelah dia benar-benar meleleh, tubuhnya mulai
menggeliat seperti tentakel dan mulai berubah bentuk.
Menjadi kera berwajah brutal dan cakar panjang.
Slavebeast ... Iya telah berubah menjadi salah
satunya.
「Aaaaa
........ bahkan Iya-san!」
Wanita-wanita yang tersisa telah kehilangan keinginan
mereka untuk melarikan diri.
Ketika dihadapkan dengan keputusasaan saat mereka
berlutut .... ia menunggu.
Seekor Demon ...
Ia tidak segera melompat pada wanita yang menunggu
kematian ... malah secara perlahan mendekat.
Kalajengking yang menyapu bersih kota Bisk perlahan
berjalan ke arah mereka seolah-olah sedang menikmati keputusasaan mereka.
「S-siapa
saja, tolong....」
Rintihan memanggil bantuan.
Wajah mengerikan kalajengking sedikit berubah.
Sepertinya itu mencibir atas permintaan wanita itu.
Tak lama, itu melompat ke arahnya.
Namun kematian —— tidak datang menjemputnya.
Dengan suara dentang logam, tubuh kecil kalajengking
dibuat terbang.
Ketika mereka melihat, ada pedang yang bergetar saat
tersangkut di tanah.
Itu adalah pedang bagus yang aneh dengan dua permata
yang terpasang di dalamnya.
"Apa aku berhasil tepat waktu?"
Sesosok pria bisa dilihat dari pintu masuk gereja.
Rari arah cahaya matahari terbenam, diterangi oleh
sinar mentari senja, para wanita melihat penyelamat mereka.
***
Perlahan-lahan aku menarik eternal slave dari tanah.
Si kalajengking menatapku dan perlahan-lahan bergerak
sambil dengan hati-hati mengamatiku.
Aku memang datang mencari monster ini... tetapi untuk
bertemu dengannya di tempat seperti ini ...
"S-siapa kamu?"
Salah satu wanita yang selamat bertanya.
"Ini bukan saatnya untuk perkenalan diri, lebih
baik kamu lari saja, biar aku yang akan mengurusnya."
"T-tapi ..."
Dia hendak mengatakan sesuatu namun pada saat itu
kalajengking melompat dan aku menangkisnya dengan pedang eternal slave.
Tubuh kalajengking menghantam dinding dan berhenti.
"Cepatlah pergi!"
"T-tapi ..."
"Iya-san telah ..."
"Iya?"
"Itu…"
Semua wanita menunjuk.
Mereka menunjuk pada seekor monyet. Itu adalah
slavebeast ... seekor monyet yang dapat berubah kembali menjadi manusia.
"..... apakah itu seseorang yang kamu
kenal?"
"Ya, dia dibunuh oleh monster itu ……"
"Itu Iya-san, beneran!"
"Begitu ya. Jadi dia dibunuh oleh kalajengking
dan menjadi monyet. Pantesan kok penduduk di kota ini terlalu sedikit... dan
jumlah mayat juga tidak sepadan. Jadi ini yang terjadi?"
Aku yakin setiap orang terbunuh dan berubah menjadi
kera.
"Risha."
"Iya."
Menuruti perintahku, Risha menarik busurnya dan
membidik ke arah monyet itu.
"Hentikan!"
Gadis itu berteriak untuk berhenti tetapi Risha dengan
setia mematuhi perintahku dan menembak.
Panah itu menembus kepala monyet bagian ubun-ubun.
TL Note: Ubun-ubun:
https://id.wikipedia.org/wiki/Ubun-ubun)
Monyet itu pun tergeletak.
"Aaaaaaahhhh."
"Iya-san!"
Para wanita mulai berduka. Kemudian terjadi perubahan.
Suatu perubahan yang sudah familiar bagiku.
Dengan bigitu, monyet tersebut kembali menjadi wanita
paruh baya lagi.
"Iya-san!"
Para wanita berlari dan mengelilingi Iya.
"Sekarang semuanya baik-baik saja 'kan? Cepat
pergi."
"Baik!"
Kemudian para wanita melarikan diri.
"Risha, pergilah berkeliling. Aku serahkan
monyet-monyet itu ke kamu."
"Baik!"
"Mira ke sini"
"Baik"
Dia datang dan menyentuh permata biru di pedang.
Kemudian, dia tersedot ke dalam pedang seketika
bilahnya berubah.
Dengan pedang sihir eternal slave kai, aku mengambil
posisi kuda-kuda dan menghadapi kalajengking.
Kalajengking itu perlahan mundur. Sepertinya dia
ketakutan.
Dan kemudian dia melompat —— menuju pintu keluar ...
Dia melarikan diri!
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi!"
Aku menangkap dan mengayunkan pedangku.
Tiba-tiba ... aku terkejut.
Aku memotong cakar kalajengking menjadi dua dengan
mudah seperti mentega.
Aku mengalahkan kalajengking yang membutuhkan banyak
usaha sebelumnya seperti bukan apa-apa.
(Master luar biasa!~~)
Mira benar-benar bersemangat di dalam pedang.
Yang menakjubkan itu kamu sih. Saat aku berpikir, aku
mengayunkan pedangku untuk menghabisi kalajengking.
***
Sore hari, kota Bisk, di depan Air Mancur Ilia yang
rusak.
Ketika akku menggunakan DORECA untuk memperbaikinya,
aku mengembalikan "rasa aman" di seluruh kota.
Aku mendengar teriakan kegembiraan dari belakangku.
Di belakangku ada beberapa ratus penduduk yang
semuanya bersukacita.
Aku berbalik untuk menghadapi sukacita mereka yang
luar biasa.
"Terima kasih banyak!"
Seorang pria paruh baya mendekatiku.
"Kamu?"
"Saya putra walikota, nama saya Agafon."
"Oh gitu ... dan di mana walikotanya?"
"Aku belum bisa menemukan ayahku .... bukan hanya
beliau, ada beberapa orang yang masih hilang."
"Hmm, aku ingin tahu di mana mereka bersembunyi.
Bisa kamu ceritakan?"
"Ya, ketika mereka terbunuh mereka berubah
menjadi monster monyet itu."
"Ya, dan jika kamu mengalahkan mereka, mereka
kembali menjadi manusia. Mulai sekarang ketika kamu menemukan monyet-monyet itu
langsung kalahkan mereka."
"Aku mengerti. Terima kasih banyak."
Agafon sekali lagi membungkuk dan terus berkata.
"Dan Akito-san, saya punya sesuatu untuk
dibicarakan dengan Anda.」
"Apa?"
"Bisakah Anda menjadi walikota kota ini?"
"Aku? Menjadi walikota?"
Aku sedikit terkejut.
"Semuanya telah mendiskusikannya. Anda memiliki
kekuatan untuk mengalahkan monster dan kekuatan untuk memperbaiki Air Mancur
Ilia. Kami ingin Anda menjadi walikota dan membimbing kami .... begitu, jika
Anda bersedia Akito-san."
"Aku tidak keberatan tapi ...... aku sudah
menjadi walikota dari kota yang berbeda, meskipun begitu apakah itu tak apa
denganmu?"
"Iya."
"""""""Mohon
bantuannya"""""""
Penduduk di belakangnya semua berbicara bersama.
Rasanya mereka ingin aku menerimanya, apa pun yang
terjadi.
Dalam hal ini, tak ada alasan untuk menolak.
"Baiklah kalau begitu, aku akan
melakukannya."
Mereka bersorak ketika mendengar jawabanku.
Kemudian,
—Level up! Bronze card telah berevolusi menjadi Silver
Card!—
Charging Magic With A Smile Bahasa Indonesia
Dibuka Public QC, para pembaca kalian bisa berkontribusi dalam memperbaiki terjemahan di chapter ini dengan cara berkomentar dengan format "*Terjemahan asli : *Hasil QC".