=========================
Editor: DarkSoul
=========================
Aku
menghitung jumlah orang yang berubah.
Secara
keseluruhan hanya ada 20 pria dan wanita.
Jika aku membawa
kembali orang-orang ini maka totalnya ada 27 orang.
Sampai
sekarang, meski kami menyebutnya sebuah kota, hanya ada 5 orang di sana. Dengan
27 orang penduduk setidaknya dapat disebut sebagai desa.
Untuk
meningkatkan jumlah penduduk dengan cepat, aku pergi mencari slave-beasts ini.
Saat aku
menghampiri mereka tuk memeriksa apakah masih hidup, aku tiba-tiba menyadari
sesuatu.
Dari dua
puluh orang, ada satu wanita dengan telinga runcing dan rambut pirang.
Ras mirip
elf ... seorang wanita dari ras Eternal Slave.
Dia tampak
persis seperti Risha.
Mungkinkah dia—
"Uuuu
……… n"
Gadis itu
mengerang dan membuka matanya. Sepertinya dia mulai bangun.
"Dimana?….."
"Kamu
sudah bangun ya?"
"Yup
........tung– se-seorang manusia !?"
Dia bangun, tapi
langsung merangkak mundur.
Dia merangkak
dibantu tangannya yang masih dalam posisi duduk, gemetaran dan menatapku dengan
wajah takut.
Dia takut
pada manusia ...? Apa sesuatu yang menakutkan terjadi padanya?
Meski kamu
begitu aku tidak akan pernah melakukan "sesuatu yang menakutkan"
padanya.
Prinsipku
adalah memperlakukan budak-budak mulia ini dengan ramah.
"Tidak
apa-apa, aku tidak akan melakukan apa pun."
Aku tersenyum
tipis, tetapi itu tidak begitu berefek padanya.
Dia menatapku
sambil gemetaran.
Setiap kali aku
melangkah maju dia dengan panik mundur lagi.
Uh, apa yang
harus aku lakukan dalam situasi ini?
Saat aku memikirkannya.
"Master
~!"
Dari
belakang, aku mendengar suara. Itu suara Risha.
Aku berbalik
dan melihat Risha berlari dengan mengenakan gaun dan chokernya.
"Ada apa?"
"Master
pulang terlambat, jadi aku khawatir dan mencarimu."
"Hebat
juga kamu bisa menemukanku disi—— oh, iya ya. Panah yang menunjuk ke cakar slave-beasts
masih ada di sini."
Seharusnya
panah itu menunjuk ke arah sini. Begitu kera kembali menjadi manusia, mereka menjatuhkan banyak cakar di tanah.
Kalau begitu
Risha pasti bisa mengejarku.
"Oh ya,
apa kamu kesini membawa serta panacea, Risha?"
"Ya, saya
masih memiliki beberapa panacea pemberian
Master."
"Sekarang,
beri aku panaceanya, aku benar-benar menghabiskan semua yang kubawa."
"Baikl
—– apa!? Anda menggunakan semuanya?"
Selagi dia
mengambil panacea, dia menyadari maksud perkataanku dan terkejut.
"Master,
anda seharusnya membawa banyak kan? Kenapa anda bisa sampai menggunakan
semuanya?"
"Ada
monster yang sangat kuat yang harus aku lawan, jadi kugunakan untuk
menghadapinya..."
"EEHHHH
!? Apakah anda baik-baik saja !?"
"Seperti
yang kamu lihat"
Aku membuat pose
kemenangan (meregangkan tubuhku).
"Syukurlah……"
Risha menghembuskan
nafas panjang. Hatinya merasa lega, kelihatan dari ekspresinya.
Saat aku
menatap Risha, aku tiba-tiba teringat sesuatu.
"Menu
Open"
————————————
Akito
Tipe: Bronze
Card
Tingkat
Kekuatan Sihir: 16
Jumlah Benda
yang Dibuat: 49
Jumlah
budak: 1
———————————-
Kekuatan sihir
ku benar-benar berkurang, bahkan hampir habis.
Eternal
Slave yang dibuat menggunakan rambut Risha akan menunjukkan kekuatan sebenarnya
jika dialiri sihir.
Dalam pertarungan
melawan kalajengking aku tidak hanya menghabiskan panacea, tapi hampir menggunakan seluruh kekuatan sihirku.
"Terima
kasih, Risha."
"Eh?"
"Berkat
kamu, aku bisa mengalahkan monster kuat itu."
"Saya
tidak melakukan apa-apa."
"Ya,
kamu melakukannya."
Aku menggenggam
tangan Risha dan berkata.
"Kamu
adalah budakku kebanggaanku, harga diriku sendiri."
"Budak
kebanggaan anda, harga dirimu? ... .."
Risha
menatapku dalam-dalam.
Matanya
melebar dan sepertinya tidak mempercayai apa yang dia dengar.
Setelah
beberapa saat berlalu— dia cekikikan lalu tertawa.
Wajahnya
mengendur dan dia tersenyum lebar.
—Sihir telah
diisi sebesar 10.000—
Sihir aku terisi
kalau Risha lebih bahagia. Satu senyuman itu bernilai 10.000.
Aku ingin
budakku bahagia, dan ketika budakku bahagia di dekatku, sihirku diisi dalam
jumlah besar.
Jika itu
bukanlah hubungan yang saling menguntungkan, aku tidak tahu apa itu.
EDNote:
Bahasa ilmiahnya “saling menguntungkan” = Mutualisme
"Ah……"
Aku
mendengar suara terkesiap tidak jauh dariku.
Asalnya dari gadis yang baru saja tersadar, seorang Eternal Slave
lainnya.
Dia tidak
terlihat ketakutan lagi, malahan terkejut padaku.
Sepertinya
dia bisa berbicara, jadi kuajak ngobrollah dia.
"Aku
Akito dan ini budakku Risha."
"Ah,
ya"
"Kamu
adalah…?"
"Mi,
Mira"
"Mimiraah?"
"Aku
Mira ~ desu! Namaku Mira!"
Reaksinya
terhadap lelucon itu lucu.
Dia mungkin akan
ketakutan jika aku mengajaknya bicara beberapa saat yang lalu.
"Pertama-tama,
aku punya beberapa pertanyaan. Pertama, penampilanmu. Kau Eternal Slave seperti
Risha, ‘kan? Kau bukan elf kan?"
"Aku
seorang Eternal Slave ~ desu. Apa itu Elf?"
Kamu tidak
tahu? Yah, masa bodoh.
"Apa
yang kamu ingat sebelum kamu berubah menjadi kera - maksudku sebelum kamu
kehilangan kesadaran?"
Aku ingat kejadian
sebelumnya dan mengubah pertanyaanku.
"Umm
.... Aku sedang menyusuri hutan dan tiba-tiba diserang oleh monster ...... huh,
tunggu ... aku masih hidup?"
Mira memeriksa
tubuhnya.
Aku ingin
tahu apa menurutnya aneh, selamat dari serangan monster?
Dia seorang Eternal
Slave, tetapi sepertinya keadaannya sama dengan empat orang lain yang kami
selamatkan sebelumnya.
"Baiklah,
satu lagi. Apa kamu ingin menjadi budakku?"
"Ya,
saya mau!"
Jawaban
langsung.
Ini sungguh
mengejutkanku. Beberapa saat yang lalu dia sangat ketakutan padaku, aku tak pertanyaanku
langsung dijawab “Iya!”.
“Benarkah?”
“Ya,
kumohon!”
Mira berdiri
dan membungkuk di depanku.
“Menu Open”
———————————-
Akito
Tipe: Bronze
Card
Tingkat
Kekuatan Sihir: 10,016
Jumlah Benda
yang Dibuat: 49
Jumlah
Budak: 2
———————————–
Baiklah,
jumlah budakku bertambah menjadi 2.
Saat selesai,
aku melihat orang lain yang masih pingsan di tanah.
19 orang
sisanya adalah manusia.
Sekarang
hanya menunggu mereka bangun lalu ajak bicara. Kalau bisa, aku mau mengajak orang
sebanyak mungkin untuk kembali ke kota bersamaku.
"Umm ……
.Risha-san"
"Iya?"
"Berapa
lama kamu melayani Master agar mendapatkan kalung budak itu, Risha-san?"
"Yah
ini—"
"Apa
kamu mau satu?"
Aku bertanya
pada Mira sambil menolehkan wajahku ke hadapan mereka.
Cara dia
bertanya pada Risha dan ekspresinya saat aku menoleh ke belakang membuatku memahaminya.
Tidak salah
lagi Mira menginginkan kalung itu.
"Ya
...... karena aku budak."
"Fumu
..."
Kamu ingin
kalung budak itu "karena kamu seorang budak" ya?
"Oke, aku
akan memberimu satu."
"Eh?"
Mengejutkan
Mira, aku membuat lingkaran sihir pada kalungnya.
"A-apa itu
tidak apa?"
"Kamu
ingin itu, ‘kan?"
"Iya."
"Kalau
begitu aku akan memberimu satu. Tanpa kalung budak, kamu tidak akan merasa
terikat padaku kan?"
"Iya!"
"Risha,
bantu aku juga."
"Oke."
Risha yang
tersenyum tenang dan Mira yang setengah tidak percaya tampak bersemangat.
—Sihir telah
diisi sebesar 2.000—
—Sihir telah
diisi sebesar 10.000—
Sihirku diisi
dua kali secara bersamaan.